Mengenang Almarhum Presiden Gus Dur dari Puisi Yenny Wahid

Hampir enam tahun Indonesia telah kehilangan sosok pemersatu bangsa yaitu Presiden ke 4. Beliau adalah Abdurrahman Wahid sosok yang pernah memimpin negeri ini sering kali pemikirannya dianggap nyeleneh saat beliau mengucapkan sesuatu. Padahal sering kali ucapan Gus Dur baru terlihat dikemudian hari. Pemikiran Gus Dur out Of the box inilah yang sering di kritik oleh lawan-lawan politiknya. 

Mengenang Almarhum Presiden Gus Dur dari Puisi Yenny Wahid

Gus Dur kerap bersinggungan dengan politik, pada tahun 20 Oktober 1999 beliau menjadi presiden RI ke 4. Pada acara Mata Najwa yang disiarkan langsung oleh stasiun Metro TV, Yenny Wahid putri kedua Gus Dur membacakan puisi dengan judul Surat Untuk Bapak yang bisa membawa pendengar puisi untuk mengingat perjuangan Gus Dur semasa hidup.

Surat Untuk Bapak (Gus Dur), Karya Yeny Wahid

“Bapakku tercinta, tak terasa 5 thn lebih Bapak telah meninggalkan kami.”

“Begitu banyak hal yang terus kukenang tentangmu.”

“Aku ingat, dulu ketika Bapak mencalonkan diri menjadi Presiden, aku ragu.”

“Ragu Karena Bapak tidak bisa melihat, bgm mungkin Bapak bisa memimpin tanpa penglihatan?”

“Namun, seperti Abdullah bin Umar, kebutaanmu adalah anugrah bagi negeri ini.”

“Karena dengannya mata batinmu jadi bercahaya, dan lisanmu menjadi tajam menyuarakan kebenaran.” Yenny Wahid

“Justru kami yang sempurna penglihatannya, Pak, kadang tak mampu bedakan mana yg benar dan salah.”

“Bapak, minggu lalu adalah tahun baru Imlek.”

“Aku ingat ketika Bapak mengeluarkan aturan membolehkan perayaan imlek, ada sedikit kalangan yg mencibir.”

“Sama seperti ketika Bapak perintahkan banser jaga gereja. Orang2 itu berkata Bapak hanya lindungi kelompok minoritas.”

“Mereka lupa, ketika zaman Orde Baru, Bpk brjuang bg kelompok mayoritas yg ditekan, sampai Bapak sendiri harus jd korban.”

“Bpk tercinta, terimakasih telah ajari kami, kaidah agama yg kita anut adlh agama yg cinta damai & mengasihi seluruh alam.”

“Makin bnyk masyarakat yg hafal Qur’an & Hadist, namun sayang masih ada yg senang mengkafirkan org lain.”

“Bapak, justru setelah kau pergi, aku masih melihatmu di mana-mana. Di kaos dan kalender yang banyak dijual orang,”

“Di spanduk dan iklan di layar kaca ketika musim kampanye tiba. Bersanding dengan logo-logo partai dan foto calon Presiden”

“Padahal sebagian dari mereka justru adalah orang2 yg nilai politiknya berbeda dari dirimu.”

“Pak, sungguh kami rindu leluconmu. Tak ada lagi yang bisa marahi DPR & politisi. Bahkan anak TK pun tidak mau lagi disamakan dengan mereka.”

“Kalau Bpk masih ada, mungkin Bpk berkata : polisi kok dibilang bukan penegak hukum ? Pantas sekarang maling2 makin berani.”

“Merampok harta rakyat di siang hari lalu lakukan kriminalisasi agar kejahatannya terlindungi.”

“Bpk mungkin akan senang krn teman Bpk. Buya Syafii Maarif memberi nasehat kpd Presiden Jokowi agar jadi Rajawali.”

“Bapak mungkin akan menambahkan : Dik Jokowi, tangkap saja semua maling itu, gitu aja kok repot.”

“Kasihan Pak Jokowi, Pak. Begitu banyak bebannya dalam memimpin negeri. Sepertinya Beliau perlu teman untuk bicara.”

“Tolong datangi Pak Jokowi dalam mimpi agar terilhami untuk jd lebih berani, karena rakyat negeri ini butuh diayomi.” 
Itulah Surat untuk Bapak dari putri kedua Gus Dur, Mbak Yenny Wahid dalam acara belajar Dari Gus Dur di Mata Najwa Metro TV.
Tag : Biografi
0 Komentar untuk "Mengenang Almarhum Presiden Gus Dur dari Puisi Yenny Wahid"

Back To Top